Headlines News :

Latest Post

Budidaya Semut Rang-rang Penghasil Kroto Dengan Produk Nasa (Natural Nusantara)


Peluang usaha budidaya semut rang-rang penghasil kroto tanpa ratu sangat cerah, bahkan cara budidaya semut kroto untuk pemula media toples, terbilang mudah dan tidak seribet yang kita bayangkan. Kroto atau telur semut rangrang ( jawa : kranggang ) adalah salah satu makanan terbaik untuk burung kicau,namun semakin lama keberadaan kroto semakin sulit di cari, oleh sebab itulah harga kroto dipasaran semakin mahal saja. Ini tentu bisa menjadi prospek bisnis yang sangat bagus untuk di kembangkan jika kita bisa membudidayakan kroto semut rangrang sendiri.

Semut rang rang memiliki 4 elemen pemerintahan:

Ratu kroto: memiliki bentuk tubuh besar yang selalu di krubuni oleh koloni-koloni.
Semut jantan: memiliki bentuk lebih kecil dari ratu, warna kehitaman.
Semut pekerja: yang  tugasnya menjaga telur semut.
Semut prajurit: ini sangat banyak jumlahnya dikarenakan tugasnyaa juga banyak, melindungi keamanan koloninya.

Cara penangkaran semut kroto media toples.

Kita bisa membeli bibit kroto dari peternak kroto seperti di peternak kroto raja kroto bagus jogja yang sudah beberapa tahun hingga saat ini masih eksis budidaya semut kroto atau dengan cara  mencari semut rang rang yang ada di pohon sekitar rumah. caranya???


Kendala pertama kali dalam membudidayakan atau ternak semut rangrang adalah ketika harus memindahkan sarang kedalam suatu tempat. Resikonya pasti akan digigit. Banyak sekali dari sekian cerita yang mengalami masalah ini.

Cara Pertama:

  • Potong batang sarang semut rangrang (tentunya akan sedikit mengalami kesulitan).



  • Masukan kedalam karung / plastik / toples dan apa saja yang sekiranya ada celah / lubang udaranya.



  • Siapkan ember plastik besar yang tepi nya sudah di kasih tepung. Supaya semut rangrang tidak bisa naik keatas.



  • Masukan sarang kedalam ember plastik tersebut dengan catatan harus di buka / buang daun daun beserta jaring jaringnya agar ketika bersarang membuat sarang baru tidak membawa jaring yang lama. Pengalaman kalau tidak di bersihkan nantinya toples akan terlihat kotor.



  • Buat jembatan penghubung antara ember dengan toples dengan menggunakan sapu lidi atau penghubung yang lain (pastinya ada jembatanya) terserah mau pakai apa saja bisa. Setelah itu tingggal saja, tidak sampai satu hari semut rangrang akan bersarang secara alami.


Salah satu media untuk budidaya semut rangrang penghasil kroto adalah toples. Toples yang biasa digunakan adalah toples plastik transparan yang ada di pasaran. Toples bekas sosis atau sonice menjadi pilihan utama sebagai media budidaya ini, karena harganya yang terjangkau dan mudah dicari.

Cara Pemeliharaan:

Memberikan makan, minuman dan suplay vitamin ternnak dari Nasa.

Makanan yang di berikan untuk semut, sangat sederhana sekali hanya dengan meberikan pakan ulat hongkong atau ulat yang biasa di jual di kios pakan burung atau dengan belalang. Hanya dengan membeli 3rb-5 rb saja sudah dapat. Untuk memberikan makan pada semut, sediakan tempat pakan  yang agak lebar, seperti nampan plastik yang di anggap cukup dan bisa di gunakan.  Bisa juga diberikan makanan alternatif seperti jangkrik, belalang dll.

Untuk minuman yang di berikan pada semut yaitu berikan air yang sudah di larutkan dengan gula pasir yang biasa kita konsumsi, lebih baik lagi taburkan gula di sekeliling  toples agar semut dapat tambahan makanan dari gula2 yang kita taburkan. untuk menambah nutrisi bisa kita berikan VITERNA+HORMONIK
                 
Hal-hal tang perlu di hindari dalam beternak semut rang-rang penghasil kroto.


  • Hindarkan kontak secara langsung dengan sinar matahari secara Terus-menerus, Dalam hal seperti ini butuh atap apabila di luar ruangan. Usahakan tempat yang teduh, Bersih dan media tidak bersentuhan langsung dengan perabotan, dan yang lain nya seperti dinding rumah.


  • Jauhkan dari jangkauan Anak-anak.Jauhkan dari obat-obatan pertanian misal pupuk kimia seperti orea,ts,kcl, atau pun obat nyamuk atau obat serangga dll.


  • Dalam ruangan tidak perlu di berikan lampu  untuk penerang apa bila terdapat lampu maka jangan terlalu terang, karena akan mengganggu aktivitas semut.

KROTO MADIUN MELAYANI JASA MENCARI BIBIT


Disini saya hanya membantu agan2 semua mendapatkan BIBIT RANGRANG secara gampang tanpa harus , digigit semut , naik pohon , digigit serangga lain , di gigit ular DLL

Kami Akan Mencari Bibit Kroto Sesuai Jumlah Pesanan Yang Di Order Setelah PEMBELI MELAKUKAN PEMBAYARAN Untuk Memastikan Bahwa Memang Betul2 Serius Memesan,Dan Pengiriman Bibit Akan Dikirim Paling Lama 2 Minggu Setelah Pembayaran

* Rp 30.000 / Toples - Pembelian Diatas 100 toples ( Blm Termasuk Ongkir )

* Rp 35.000 / Toples - Pembelian Diatas 10 toples ( Blm Termasuk Ongkir )

* Rp 40.000 / Toples - Pembelian Dibawah 10 toples ( Blm Termasuk Ongkir )

Semi Alam : Persiapan

Metode semi alam dalam beternak semut kroto menggunakan pepohonan sebagai habitat asli. Namun begitu metode ini masih jarang dipakai dikarenakan selain banyak keuntungan yang didapatkan juga memerlukan bermacam modal serta mempunyai beberapa kelemahan.


Adapun syarat utama dari menggunakan metode semi alam adalah ketersediaan lahan yang cukup. Syarat pokok lain adalah adanya tanaman sebagai sarang pokok seperti habitat asli. Pengaman dalam hal ini parit pembatas juga wajib ada.
Hal ini sangat sulit dilakukan di perkotaan karena keterbatasan lahan dan perbandingan penggunaan lahan antara bisnis ternak kroto dengan usaha lain yang tentunya memungkinkan lebih banyak hasil.
Mari sedikit kita ulas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cara budidaya semut kroto menggunakan metode semi alam.
Ketersediaan lahan yang cukup
Kepadatan populasi semut bergantung pada kondisi daun pohon inang sarang dan luasnya lahan. Dalam hal ini kondisi tanah harus subur dan bebas dari materi limbah yang akan berakibat buruk pada pohon dan tentu saja semut. Luas lahan masih akan tersita oleh spasi jarak pohon ke pagar tepi serta parit pembatas.
Pemilihan ragam jenis pohon
Harus disesuaikan dengan habitat pohon tumbuh, misalnya ketinggian tempat dan kondisi tanah berada. Hal ini masih harus disesuaikan lagi dengan syarat pohon yang sesuai untuk sarang kroto. Diantaranya tidak bergelugut, diutamakan bukan pohon getah, dan juga ukuran daun tidak terlalu kecil.
Kriteria wajib jenis pohon adalah pohon buah atau yang sudah pernah berbuah, misal hasil dari cangkok atau stek. Pohon yang belum pernah berbuah tidak memiliki zat yang menarik aphid sehingga pakan alami semut kroto kurang terpenuhi.
Dalam hal ini harfiah pohon buah bukan saja buah yang dimakan manusia, namun setiap pohon buah bisa digunakan, hanya saja hasil sampingan buah kita sesuaikan saja dengan keinginan peternak. Misalnya pohon ketapang, preh, mengkudu, mahoni dll juga termasuk dalam kriteria ini.
Diutamakan pohon keras, sehingga daya hidup awet tidak terlalu sering pembaharuan pohon. Meskipun beberapa perdu dan rumput berdaun besar juga bisa saja digunakan, namun ketinggian dan umur pohon kurang maksimal.
Pilihlah pohon dengan keawetan layu daun yang tinggi agar sarang semut tidak terlalu sering berpindah, minimal satu kali periode telur yakni 26 hari. Pohon buah yang bergetah masih bisa digunakan hanya saja pada proses pemanenan agak sedikit mengganggu.
Untuk pohon aromatik, baiknya kita coba dalam skala kecil terlebih dahulu. Kita ketahui bahwa semut sangat sensitif terhadap bau apalagi yang bersifat racun, meskipun bau-bauan yang tidak nyaman buat manusia bukan berarti tidak nyaman untuk semut.
Untuk pohon yang mengandung racun seperti pohon tuba, keluarga srirejeki dan lain-lain mungkin saja tidak berbahaya bagi semut. Tetapi menimbulkan potensi bahaya bagi peternak serta konsumen kroto karena pada proses pemanenan dipastikan ada getah atau cairan dari sumber racun pohon yang tercampur.
Untuk pemilihan pohon merambat sangat tidak disarankan. Selebar apapun parit pengaman, pohon merambat akan dengan mudah menjangkau. Kecuali jika memang pohon produkif yang sengaja dibudidayakan dan selalu kita pantau pertumbuhannya.
Parit pembatas antara lahan pohon sarang dengan lahan luar
Dalam sistem rak kita hanya memerlukan pengaman atau pembatas rak 7 cm saja. Jauh berbeda, hitungan lebar parit pembatas lahan diukur dari panjang daun pohon yang terlebar yang ada di dalam lahan. Hal ini untuk mengantisipasi bocornya isolasi lahan karena guguran daun, buah, bunga ataupun sampah kayu.
Kedalaman minimal parit hendaknya disesuaikan dengan perencanaan ikan yang akan kita tabur. Fungsi ikan dalam parit selain membersihkan residu dan jentik nyamuk juga agar sirkulasi air tetap bergerak.
Pengalaman yang terjadi jika air terlalu tenang maka tumpukan sampah lembut ringan bisa dijadikan sarana jembatan. Karena selain enteng, naluri semut untuk ekspansi daerah perburuan juga tinggi.
Dengan adanya ikan, maka usaha melarikan diri semut akan menarik perhatian ikan. Entah dimakan atau tidak, ketika ikan bergolak di area kabur semut maka proses pembentukan jembatan oleh semut akan gagal.
Bentuk parit melingkar mengelilingi lahan. Dengan sudut bibir dinding dalam parit melengkung tanpa sudut, karena akan berpotensi terjadi konsentrasi semut pada sudut karena ada kecenderungan semut membuat jalur di tepian lahan. Untuk mengurangi potensi ini ketinggian bibir dalam parit dibuat rata dengan dataran lahan. Sementara ketinggian dinding parit luar dibuat lebih tinggi untuk keamanan ikan.

Semi Alam : Kelemahan dan Kelebihan


Budidaya semut rangrang penghasil kroto dengan menggunakan metode semi alam memang terlihat sangat mudah. Penampakan dari media dan habitat murni mirip dengan kehidupan semut rangrang di alam liar.
Namun begitu bukan berarti kita tidak perlu mempertimbangkan baik dan buruknya metode ini. Ada beberapa kelemahan yang disini kami titik beratkan. Yang nantinya semoga kelemahan atau kekurangan metode ini dapat kita teliti dan pelajari. Hingga akhirnya kita dapatkan tehnik budidaya kroto modern yang dapat dilakukan siapa saja dan dimana saja berada.
Beberapa pertimbangan dalam budidaya semut kroto dengan menggunakan metode semi alam:

Kelemahan yg wajib diperhatikan
1. Mutlak memerlukan modal awal yang banyak. Lahan, parit pembatas, serta pengadaan pohon inang sebagai sarang semut. Lahan diutamakan datar karena sangat berhubungan dengan parit pembatas, lahan berundak dalam kemiringan membutuhkan dana lebih untuk pengkotakan parit.
2. Kesulitan proses pemanenan. Hampir bisa dipastikan menggunakan proses manual, seperti penyogrok kroto tradisional. Perbedaan lahan budidaya hanyalah pada jarak sarang ke sarang yang bisa dibuat lebih padat serta pengaturan ketinggian pohon memudahkan pemanenan.
3. Untuk peternak pemula, susah untuk mengetahui umur telur kroto sehingga diharapkan mendapatkan berat maksimal pada saat panen. Selain dengan menggunakan metode hafalan tanggal, mengetahui bobot maksimal kroto pada sarang agak ribet dilakukan karena harus dengan menyentuh sarang langsung.
4. Memakan tempat yang luas. Perbandingan efektifitas tempat sangatlah jauh, selain untuk penempatan pohon masih diperlukan spasi untuk parit dan jarak ke pagar.

Kelebihan metode semi alam
1. Hemat gula sebagai campuran minuman. Kita ketahui untuk sistem rak kita butuh setidaknya 1 kg gula berbanding 6 liter air untuk mengelola 6 rak semut berisi sekitar 700-900 toples per hari rata-rata. Khusus untuk minuman bisa kita hilangkan, karena debit air pada pucuk daun/buah ataupun di ground tanah dan parit sudah lebih cukup. Semut tetap akan tertarik minum tanpa bantuan gula karena proses alam sudah sangat sempurna mencampur air ke dalam makanan dalam wujud serangga ataupun zat pohon.
2. Irit pakan karena berbagai faktor. Selain karena pepohonan dan tanah juga merupakan habitat serangga dan hewan kecil pada umumnya yang notabene disukai semut, beberapa serangga yang pola hidupnya simbiosis dengan semut dan pohon buah juga cukup untuk pemenuhan zat gizi untuk semut seperti berbagai jenis aphid.
Vareasi bentuk pakan lebih leluasa karena tidak perlu mempertimbangkan efek buruk pembusukan pakan seperti pada sistem rak yang rata-rata kandang dekat dengan hunian. Sebagai contoh jika daging dan tulang harus kita cacah dan diberikan sedikit demi sedikit pada sistem rak, maka di dalam metode semi alam daging dari hewan buangan bisa langsung kita berikan. Proses pembusukan di dalam lahan bahkan akan mengundang serangga lain yang memicu terbentuknya makanan baru seperti belatung dan larva-larva lain. Pilihan ragam dari hewan atau makanan sisa juga lebih leluasa, hanya saja perlu kita perhatikan jika lahan berbatasan dengan lahan lain yang berbeda fungsi.
3. Tidak perlu modifikasi tempat untuk penyesuaian suhu. Bisa dilakukan di lingkungan dengan suhu ekstrim sebagai misal daerah khatulistiwa yang selama ini kita kesulitan karena terlalu panas. Wilayah panas seperti Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dataran rendah serta beberapa propinsi di Sumatera terutama Lampung, Sumatra Selatan, Riau, Jambi dan lain sebagainya. Semut mempunyai keahlian tersendiri dalam menata sarang yang notabene dari daun, tentang letaknya, sirkulasi udara, intensitas cahaya, kelembaban dan priorotas jalur sudah tertanam dalam naluri semut.
Hal ini juga berlaku untuk daerah sedang dan terlalu dingin. Semut bisa dibilang jago dalam manajemen suhu. Hal awal sebagai gambaran kecocokan lahan, bisa kita survey atau dilihat dari sejarah keberadaan semut di daerah tersebut pada masa lalu. Jika memang pernah ada habitat semut di alam, maka metode semi alam bisa dianggap cocok di daerah tersebut. Rata-rata daerah tropis di Asia memang adalah habitat asli dari semut kroto atau rangrang (oechophylla smaragdina).
4. Bisa tumpangsari dengan pohon produktif. Kita ketahui bahwa kebanyakan serangga parasit pada pohon terutama pohon buah sangat digemari semut. Beberapa aphid parasit dan lalat buah, sejenis ngengat atau rayap perusak pohon, belalang, ulat dan parasit lainnya akan terkontrol dengan adanya semut pada pohon.
Jika pengendalian hama memerlukan satu jenis insektisida untuk satu jenis serangga pengganggu, maka semut kroto multi fungsi untuk pengendalian berbagai macam hama. Satu-satunya kesulitan yang ditimbulkan adalah karena gigitan semut itu sendiri mengganggu kita pada saat pengelolaan pohon dan hasil pohon.
5. Jaminan kesuburan ratu. Aphid sebagai penyedia pokok gizi ratu yang notabene tidak dapat kita buatkan alternatif tersedia dalam jumlah banyak dan berkesinambungan. Ini menjadi sangat vital dikarenakan sampai saat ini tidak ada penelitian yang menghasilkan alternatif aphid. Yang mudah, murah, dan kontinyu selain dari pohon inang sarang semut itu sendiri.
6. Momok musim calon ratu yang disusul pejantan pada budidaya semut dapat kita minimalisir, karena meskipun hasil dari kroto tidak terlalu bagus pada musim ini, namun kekurangan pakan serta ongkos operasional pemeliharaan dapat tertutup tanpa kendala berarti.
7. Efektifitas prosentase keberhasilan pembuatan ratu. Serangga koloni pada umumnya dan termasuk semut melakukan prosesi kawin terbang dalam perkembangbiakannya. Ini berlaku hampir pada sebagian besar serangga kolonial, meski seranga tidak bersayap tetapi calon ratu dan pejantan yang muncul akan bersayap walaupun pada akhirnya rontok ketika musim kawin berakhir.
Prosesi kawin terbang pada semut kroto memungkinkan calon ratu tidak bisa seutuhnya kembali lagi ke tempat semula. Hal ini salah satu kelebihan metode ini daripada budidaya dengan rak.
Setelah prosesi kawin terbang, caltu akan mengasingkan diri di sekitar koloni. Banyaknya daun memungkinkan calon ratu mendapatkan tempat bertapa tanpa adanya gangguan dari koloni primer. Sebelum akhirnya memisahkan diri dari koloni primer untuk membuat koloni sendiri.

Harga Kroto Fantastis, antara Mimpi dan Realita

Harga kroto yang cukup tinggi cukup menggiurkan calon pelaku bisnis kroto, bahkan bisa dikatakan sangat menghipnotis. Apalagi dengan beberapa ulasan yang tanpa pengalaman ternak atau sekedar ingin mencari untung penjualan bibit tanpa menghitung celah kerugian dari berbagai faktor.

Secara hitungan diatas kertas, budidaya semut kroto kurang lebih sama persis dengan ternakan lain pada umumnya. Memang harga kroto fantastis, kisaran 200rb/kg di daerah Jogja, bahkan lebih di daerah Jakarta,Semarang, maupun kota-kota besar lainnya.
Karena konsumen kroto jelas dari peternak burung-burung premium, yang bahkan hampir tiap periode mengalami kenaikan harga kroto.
Akan tetapi jangan pula kita lupakan bagaimana mendapatkan 1 kg kroto tersebut, karena sekilo kroto bukanlah jumlah yang sedikit jika kita lihat ukuran fisik satu kroto hanya sebesar beras. Ada ribuan kroto dalam 200rb uang dari harga kroto yang kita bayangkan. Tentu saja itu melibatkan ribuan semut pula, dalam hitungan toples kurang lebih 30 toples sosis bibit semut kroto.
Perbandingan hasil dengan ternak-ternak lain pada umumnya, dilihat dari modal awal, operasional, serta waktu yang kita butuhkan dalam mengelola budidaya semut kroto tidaklah terlalu fantastis seperti yang rata-rata orang bayangkan.
Nilai plus dari kroto adalah hanya karena harganya yang stabil dan pemasaran yang hampir dipastikan tidak ada kesulitan, karena kebutuhan kroto dibanding jumlah yang beredar masih sangatlah kurang terutama di kota besar. Konsumen kroto juga adalah burung-burung premium dan burung lomba seperti murai batu dan kacer notabene juga dipelihara oleh orang-orang premium.

Banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya kroto, diluar dari manajemen pemasaran. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan diantaranya adalah:
  1.  Pengelolaan di kandang, mulai dari kenyamanan kandang, sirkulasi udara, intensitas cahaya, kestabilan suhu serta pola bentuk rak. Keadaan kandang yang tidak baik tentu saja menghambat periodik telur dari semut budidaya. Mulai dari lajur jalur semut, karena hewan ini sangatlah kecil yang pastinya hitungan detail jarak serta bentuk lajur antara toples dengan toples serta antara toples dengan pakan/minum wajib kita hitung secara detail.
  2. Kontinuitas pakan dan jaminan mutu pakan. Hal ini sering menjadi simalakama, karena jika kita terlalu bergantung pada ulat Hongkong ataupun jangkrik, harga sering naik turun, sementara untuk mendapatkan serangga lain sangatlah susah.
    Sebagai contoh, di Jogja dan Jawa Timur daerah Malang Blitar Magetan Nganjuk dst harga ulat Hongkong kisaran dibawah 50rb. Sehingga kita masih bisa mendapat hasil sisa dari harga jual kroto di kisaran 150rb ke atas dengan FCR (perbandingan konsumsi makanan) 1:2. Namun di Lampung Palembang dst harga ulat Hk dan kroto hampir sama sehingga sulit untuk bergantung pada jenis pakan ini.
    Hal ini dapat disiasati dengan mencari pakan alternatif seperti serangga alam maupun tulang/daging sisa dicacah. Untuk yang tahan, pembuatan belatung juga disarankan (baca: pakan ekstrim)
  3. Tehnik panen menjadi faktor penentu vital bagi jumlah kroto yang didapatkan. Peternak yang mahir tentu saja bisa mendapatkan hasil lebih. Karena tentu saja proses pemanenan dilanjutkan pemisahan antara kroto dan semut sangat butuh keterampilan. Kebersihan dan tingkat prosentase kroto pisah yang didapatkan bergantung pada skill peternak dalam memanen. Sangat disarankan untuk peternak kelompok agar salah satu dari peternak fokus dalam pemanenan dan berbagi tugas dengan peternak lain. Hal ini karena dalam jumlah toples dan musim yang sama hasil timbangan panen bisa berbeda jika dilakukan oleh orang yang berbeda.
  4. Manajemen penjualan, termasuk dalam hal ini pengepakan pemindahan ke konsumen. Sangat disarankan untuk bergabung dengan komunitas pecinta burung sebagai pasar utama. Sehingga diharapkan peternak mendapatkan harga tertinggi dan peternak burung sebagai konsumen juga mendapatkan harga yang lebih rendah daripada pasar.
Wadah pengepakan juga sangat menentukan karena kroto rentan penyusutan pada suhu lebih, dan rawan kerusakan pada kelembaban tinggi. Besek bambu selama ini adalah wadah paling ideal sebagai wadah, meskipun kardus atau kantong kertas juga sudah memenuhi syarat. Hindari wadah dari plastik.

Aphid – Mutualisme Semut

Beberapa kali kita ulas bagaimana aphid menjadi sangat vital dalam kehidupan semut rangrang. Bukan berarti mereka tidak bisa hidup tanpa serangga kecil ini. Tapi, mutualisme yg terjadi tentu bukan tanpa sebab, karena memang jika mereka hidup dalam satu habitat perkembangan diantara keduanya menjadi sangat signifikan


Dalam ejaan secara umum kita sebut sebagai kutu daun, adalah serangga kecil berukuran milimeter. Hidup berkelompok di pucuk ranting/daun dengan menyerap cairan pohon. Seringkali juga kita jumpai pada kulit buah tebal seperti pisang, pepaya, sirsak dst.
Dari berbagai sumber pustaka, ada ribuan jenis yang hidup di berbagai belahan dunia. Namun disini saya hanya akan membahas beberapa jenis yang dapat saya temukan di KrotoJogja dan beberapa tempat yang pernah saya kunjungi.
Warna
Hitam, hijau, putih, coklat, kemerahan, dan bahkan ada yang bening atau tembus pandang. Rata-rata bersayap, meski ada juga yang tidak mempunyai sayap. Bentuk fisiknya juga beragam. Dilihat dari warna tubuh, aphid sangat beragam, tapi secara umum warna tubuh aphid menyerupai warna dimana dia tinggal sebagai kamuflase. Meskipun ada beberapa yang tetap terlihat menonjol dengan warna mencolok. Kalau kita zoom dengan kaca pembesar atau kamera, barulah dengan jelas dapat terlihat.
Bentuk Fisik
Ada yang secara fisik menyerupai belalang daun, berwarna hijau, hijau bening kekuningan, dan bening bintik hitam. Paling banyak kita temukan pada pohon dengan pertumbuhan pupus daun cepat, misal jeruk. Bentuk lain menyerupai kepik (ladybug), menempel kuat pada pohon. Seringkali kita menemukan bentuk ini berkamuflase sempurna dengan sedikit membenamkan bagian tubuh ke kulit ranting muda. Bisa kita amati pada tumbuhan kayu seperti akasia, mahoni, dan tumbuhan getah seperti beringin. Yang ketiga adalah kutu daun berbentuk fisik seperti kupu-kupu. Paling banyak berwarna putih dan sering terbungkus dengan bahan mirip benang lembut/tepung. Aphid ini sering kita jumpai pada bagian bawah daun. Koloni kelompok ini jauh lebih banyak dari jenis lain. Tidak hanya pohon besar, kutu daun ini bisa hidup di perdu atau tanaman pertanian terutama lombok dan tomat.
Banyak jenis, warna dan bentuk lain aphid yang aneh, seperti serangga lain pada umumnya.
Mutualisme Aphid dengan Semut
Kutu daun menghasilkan cairan manis yang sangat disukai semut. Madu daun ini mengandung banyak glukosa dan zat lain sebagai pemenuhan nutrisi semut. Tidak hanya semut rangrang penghasil kroto, semut jenis lain seperti semut merah/semut api, cantang, semut hitam, semut kayu dan lain-lain juga menyukai. Hanya saja di Asia Tenggara semut rangrang lebih dominan karena memang pohon hidup adalah juga habitat pokok semut kroto.
Semut menjaga dan melindungi aphid dari serangan predator sebagai balasannya. Kepik, tawon, kumbang, mantis, lalat bunga, lacewings, dst adalah contoh beberapa predator dan parasit aphid.
Kadangkala juga terjadi semut membantu pemindahan pernyebaran aphid, meski penyebaran pokok belum saya temukan selain dari kemampuan aphid sendiri dan bantuan alam. Meskipun, ketika semut kekurangan protein semut juga memakan kutu daun.
Kenapa menjadi sangat penting untuk budidaya semut rangrang penghasil kroto? Yang ingin saya tekankan adalah sampai saat ini belum ada alternatif yg lebih baik dan lebih murah dari ‘madu daun’ yang dihasilkan aphid.
Untuk kebutuhan semut, belum ada penelitian khusus bahan pengganti cairan manis hasil kutu daun. Madu tawon, gula tebu, sari buah, maupun bahan lain tidak lebih baik dari cairan aphid baik dari segi kualitas, harga, maupun kemudahan pengadaan dan operasionalnya.
Penerapan
Cairan manis dihasilkan aphid melalui ekskresinya. Ini pula yang agak menyulitkan kita. Pemindahan dahan/buah beraphid ke rak tidak akan bertahan cukup lama sampai dahan tersebut kering. Karena yg kita butuhkan disini kutu hidup. Pemindahan dahan efektif hanya memenuhi kebutuhan madu daun sementara serta protein dari tubuh kutu itu sendiri. Setelah dahan/buah kering, kutu tidak dapat menyerap apapun dan akhirnya mati dimakan semut.
Penerapan hanya dilakukan dengan memindahkan pohon ke dalam rak. Seperti dalam artikel ‘Menggemukkan Ratu’, hanya pohon kecil di dalam pot/polybag yg mampu ditahan oleh rak.
Yang kedua adalah dengan ‘Metode Semi Alam’, dan karena hampir identik dengan habitat aslinya, cara ini paling efektif. Hanya saja beberapa kelemahan seperti pengadaan lahan tidak bisa kita abaikan. Dua metode terakhir kami gunakan di kandang kami di KrotoJogja.
Ketiga adalah dengan perpaduan dua sistem diatas. Kita membutuhkan kolam isolasi semi alam skala kecil disesuaikan dengan jumlah media budidaya dengan sistem rak. Letaknya berdampingan cukup dekat dengan media rak. Penghubung diantara keduanya menggunakan jembatan, bisa dari bambu, kayu, atau bahan lain yg cukup kuat dan tidak licin. Yang penting dari jembatan penghubung ini adalah kuncian agar tidak mudah bergerak. Meskipun kecil, dalam perjalanannya menjelajah teritori semut berpotensi menarik ujung jembatan ke arah yang diinginkan. Hal ini memungkinkan perubahan posisi jembatan penghubung.
Harus pula diperhatikan konstruksi atap kandang dan akses penghubung diantara keduanya tetap harus dalam jarak aman dari kemungkinan semut kabur. Sistem rak membutuhkan tempat teduh dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung, sementara pepohonan di kolam isolasi semi alam membutuhkan cahaya matahari utuh. Solusinya adalah bisa dengan melubangi dinding pelindung media rak secukupnya, dengan tetap memperhatikan jangkauan semut ke area diluar isolasi.
Kolam isolasi dapat digunakan pararel untuk banyak rak, karena kebutuhan semut di dalam media rak yang paling pokok adalah pada saat penggemukan ratu dan musim calon ratu saja. Jadi bisa digilir bergantian dengan cara memutus sambung jembatan penghubung. Ini mutlak dilakukan juga utk mengontrol keadaan pepohonan dalam kolam isolasi, karena jika terlalu banyak semut yg bergantung kehidupan pepohonan juga terancam.

Semut Rangrang – Logika Budidaya

Mempelajari semut rangrang yg termudah adalah dengan melihat semut itu sendiri secara seksama. Asal, jenis, bentuk, habitat, perilaku, dan lain-lain. Dalam teori simbah disebut ‘cara bodhone‘ atau penelitian terhadap sesuatu dengan mempelajari apa yang terlihat indera saja.




Dan pada jaman ini teori itu bisa kita padukan dengan basis ilmu dasar dan alat yg kita miliki. Biologi dasar, kaca pembesar, Google, sejarah, observasi dst. Banyak ilmuwan yang secara khusus mempelajari semut pada umumnya dan semut rangrang pada khususnya. Meskipun kebanyakan berasal dari luar negeri, beberapa ilmuwan di Indonesia sudah mempelajari kehidupan rangrang, meski untuk kepentingan lain, pertanian misalnya. Banyak juga pranala luar seperti antwiki, wikipedia, national geographic channel, dan sebagainya. Sedikit tips, jika Njenenganingin menelusuri lebih jauh, cari saja daftar pustaka di web wiki dan menghubunginya secara pribadi. Hanya saja, kemampuan olah bahasa kita harus cukup memadai.
Beberapa logika dapat kita terapkan dalam budidaya semut rangrang, yang nantinya dapat dikembangkan menjadi ilmu ternak yang kita gunakan sehari-hari. Misalnya dari bentuk global semut rangrang yg kecil dan ringkih, kita sudah dapat menjabarkan beberapa keharusan dan ketidak mungkinan yg bisa dilakukan semut.
JENIS SEMUT
Weaver ant (semut penenun) penghasil kroto biasa juga disebut kerangga, semut angkrang/ngangkrang (Jawa) atau semut rangrang. Hanya ada dua jenis semut dalam genus ini.
Salah satunya di wilayah kita, dalam bahasa ilmiah Oecophylla Smaragdina. Hidup di sebagian Australia Utara, Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Sementara saudara tuanya Oecophylla Longinoda menguasai benua Afrika Tengah sekitarnya. Jadi hanya ada satu 2 jenis nggih, dan yg satu jelas tidak ada disini. Belum juga ada perijinan umum memasukkan Longinoda ke Indonesia.
Kesimpulannya adalah bahwa tidak ada semut super, semut F1 turunan, dst. Hanya ada satu jenis semut rangrang di Indonesia, persis dengan yang di alam seperti yg sering kita lihat. Ragam penamaan hanya sebagai daya tarik jual saja. Besar kecil ukuran semut, agresifitas semut dan mutu semut adalah karena perlakuan budidaya, bukan karena beda jenis. Semut yg hidupnya terjamin akan lebih baik dan lebih besar. Perlakuan panen dan pasca panen juga mempengaruhi mutu telur kroto.
Karena periode hidupnya pendek dan kemampuan sub evolusi semut yg hebat, kita bahkan bisa mengubah ukuran semut ternakan dengan pola pakan dalam 2 atau 3 kali periode tetasan saja.
FISIK MORFOLOGIS DAN PENCERNAAN
Dari bentuk fisik atau morfologis semut, kita amati mulut, leher, pinggang, perut dan organ pencernaan, hingga saluran ekskresi dan kotorannya.
Mulut semut tidak mempunyai gigi pengunyah, penampung makanan di rongga mulut dan kulit pipi kaku tidak bisa elastis memasukkan sembarang ukuran makanan. Hanya ada dua gigi utama, itupun berfungsi sebagai penjapit (pembunuh) mangsa.
Leher dan pinggang semut hanya berukuran mikro, hanya beberapa kali lebih besar dari rambut. Organ lain dalam pencernaan juga tidak kompleks. Jika kita bedah, tidak kita temukan organ besar yang memproses makanan seperti pada mamalia atau bahkan serangga lain yg lebih besar.
Ini berarti makanan yg bisa diserap rangrang hanya berupa cairan atau yg bisa dicairkan. Makanan keras/kering tidak bisa melalui organ semut yang sangat kecil. Hewan atau serangga mangsa semut perlu dibunuh dan dibusukkan baru kemudian bisa diserap/dihisap oleh semut. Pakan kering tetap akan dicoba dicairkan oleh semut dengan cairan dari mulutnya, namun kurang efektif utk percepatan budidaya.
Semut tidak mampu mengolah makanan menjadi material bentuk ketiga di dalam tubuh. Kita coba beri sirup berwarna merah, maka perut pekerja bahkan sampai ke larva/pupa yang disuapinya pun berwarna merah. Coba dengan permen atau jelly hijau, maka perut pekerja sampai ke kroto yang disuapi akan berwarna hijau pula. Dari rasa pun begitu. Kroto dari pohon buah pakel akan berbau dan berasa seperti pakel. Semut yang minum sari jeruk dalam beberapa jam maka aroma, warna dan rasa sampai krotonya akan seperti jeruk.
Dari banyak percobaan, dengan makanan nabati maupun hewani, semut cenderung memakan material jadi. Protein dan glukosa sederhana. Bahkan protein pekat seperti telur ayam semut tidak bisa mengisap secara total.
Logika dari ukuran semut yg sangat kecil, ukuran pakan juga disesuaikan agar penyebaran atau perpindahan/mobilitas pakan ke sarang lebih mudah. Meski memang dengan berbagai cara semut tetap akan bergotong-royong mengangkat makanan hasil buruan.
ANATOMI GERAK DAN PENGLIHATAN
Semut rangrang mempunyai 6 buah kaki yang mampu bergelayut menahan tubuhnya bahkan dalam keadaan terbalik dan membawa mangsa sekalipun. Dari runutan struktur kaki, kita ketahui bahwa kekuatan semut mampu menopang berkali-kali lipat berat tubuhnya.
Secara umum tidaka mempunyai sayap,kecuali pada calon ratu dan pejantan. Sayap ini pun tidak berfungsi pokok, hanya diperlukan untuk prosesi kawin terbang pada periode calon ratu.
Mata semut tidak berfungsi optimal, cenderung buta. Antena dan kaki depan mempunyai fungsi penjejak yang utama. Ini berarti ada pengulangan jalur pada kegiatan koloni,baik itu dalam perburuan ataupun dalam rangka perpindahan.
Dari beberapa pertimbangan diatas, dapat kita tarik kesimpulan utk diterapkan dalam media buadidaya dan habitat semut rangrang. Lajur desain media sangat mempengaruhi pola konsentrasi penyebaran semut. Perusakan jalur dapat mengakibatkan tambahnya tenggat waktu menemukan jalur kembali seperti pada kasus rak baru. Hal ini dapat disiasati dengan peletakan koloni pada titik tertentu di area jalur putus. Bisa juga dengan meletakkan makanan/mangsa ataupun air gula sebagai runutan agar semut cepat menemukan jalur ke arah yg diinginkan.
Pertimbangan selain desain rak/habitat buatan, juga utk hitungan jarak aman isolasi. Peletakan sarang koloni, tempat makan, tempat minum, serta material bahan media. Jelasnya pernah saya ulas pd artikel , serta desain kandang isolasi semi alam. Sebagai contoh, jarak aman isolasi pd posisi horisontal minimal 8 cm, dirunut dari ukuran semut rata2 adalah 1 cm dan kemampuan bertumpuk horizontal 3 sampai 4 ekor. Dengan asumsi ada dua kelompok tumpukan semut pada bidang rencana kabur, maka jangkauan semut maksimal 6cm.
PERILAKU DAN POLA HIDUP
Sebagai serangga koloni, tentunya pertama kita harus pikirkan kelengkapan kasta. Karena masing-masing mempunyai tugas yg berbeda, otomatis dengan tidak adanya salah satu komponen kasta maka kelangsungan kehidupan koloni akan timpang, dan bahkan bisa musnah. Ratu, pekerja, perawat harus lengkap. Calon ratu dan pejantan tidak harus ada, karena akan muncul dengan sendirinya pd periode musim calon ratu.
Pola hidup dalam habitat asli semut bisa kita contoh utk menyesuaikan kandang. Suhu, tipe sarang, waktu rajutan, dan ruang lingkup. Semut cenderung ekspansif, penjelajah. Lingkup perburuan selalu diperluas dan tidak bisa diam. Perbandingan ruang gerak atau umbaran wajib diperhitungkan. Wilayah yg sempit mendorong semut utk ekspansi dengan berbagai cara, terjun misalnya.
KEMAMPUAN SEMUT
Kerjasama koloni sangat terorganisir. Meskipun buta, kemampuan mencari jejak semut sangat ahli. Namun peletakan makanan/minuman atau calon sarang pd lalu lintas jalur semut yg lebih ramai akan mempercepat proses produktifitas koloni.
Pengamatan makanan yg sesuai dapat kita contoh pada sisa makanan pd sarang habitat asli di alam. Sisa serangga atau tulang belulang serta pergerakan pemburu di pucuk ranting tempat aphid bisa kita jadikan acuan.
Logika makanan semut yg selanjutnya dilihat dari material fisik larva, pupa, dan semut itu sendiri. Protein, glukosa, sedikit asam serta kalsium kita dapatkan. Tentu saja tetap dengan pertimbangan kemampuan organ cerna semut.
UKURAN HASIL KROTO
Kemampuan modifikasi budidaya yang baik akan menhasilkan produk ternak semut rangrang yg baik pula. Dalam hal ini ukuran dan berat kroto. Meskipun tentu saja tetap ada batasannya. Hanya saja perlu kita ingat bahwa periodik telur kroto tidak dapat kita ubah. Kodrat umur larva tidak bisa dipercepat. Pemaksimalan hanya bisa ke arah mutu dan daya hidup semut serta produktifitas ratu dan pekerja. Modifikasi lain adalah pada desain dan kecermatan waktu sehingga jeda pembuatan sarang dan proses perburuan sampai ke asupan gizi semut dapat dibuat lebih baik.
LOGIKA PASAR
Berhubungan dengan cost operasional atau hitungan untung rugi ternak semut kroto. Dalam jual beli kroto, wajib kita kuasai adalah kemampuan sosialisasi dengan kicau mania atau pecinta burung. Meskipun ada pangsa pasar lain, namun pasar kroto yang utama adalah tetap tergantung pada jumlah pecinta burung yang ada dalam satu wilayah. Keberadaan dengan pasar burung akan lebih menguntungkan. Jakarta, Bandung, Klaten, Jogja, Solo, Semarang, Purwokerto, Magelang dan lain-lain adalah contoh market bagus kroto. Selain pada jarak jual, pemenuhan pakan kroto serta kwantitas penerimaan pasar juga lebih baik.

Koloni Semut – Perpindahan dan Pembantaian ratu

Kita garisbawahi disini bahwa ratu semut rangrang penghasil kroto bukanlah pemimpin mutlak, keinginan ratu yang diikuti koloni semut rangrang hanyalah semata karena kepentingan umum koloni. Beberapa percobaan membuktikan bahwa pemimpin pokok koloni adalah semut tentara atau pekerja. Dan yang unik lagi adalah tidak ada satu pemimpin dominan dalam koloni semut rangrang, melainkan demokratis. Menyesuaikan kebutuhan dan keadaan. Komando berantai pergerakan semut sangat tergantung pada situasi dan jumlah semut pada saat kejadian terjadi.




Pokok-pokok perintah koloni berkaitan dengan pengaturan posisi sarang tinggal, wilayah perburuan, letak kekuasaan koloni, letak ruang-ruang sarang dan sebagainya. Termasuk juga disini apa yang harus dilakukan terhadap ratu adalah karena pendapat demokratis prajurit semut. Aturan ini juga berlaku terhadap semua warga koloni semut, mulai dari telur kroto hingga warga dewasa.
Perpindahan Ratu
Sebelum kita ulas, perlu kita ketahui bahwa perpindahan ratu semut rangrang adalah hal wajar. Baik itu dalam habitat asli, maupun dalam rak budidaya. Ada berbagai macam pertimbangan yang mengakibatkan ratu semut pindah. Yang perlu kita perhatikan dalam budidaya hanyalah penyebab negatif perpindahan tersebut untuk kita benahi. Keamanan dan kenyamanan jalur perpindahan semut agar selama dalam proses perpindahan terjadi tetap aman.
Ratu pada umumnya tidak bisa pindah dengan sendirinya. Perlu bantuan sekumpulan semut untuk memindahkan ratu. Kaki ratu semut tidak mampu menopang badan secara bebas. Apalagi ratu dalam posisi siap telur. Kalaupun bisa, manuver ratu lambat dan akan tetap dalam kendali koloni karena tujuan pindah diatur oleh koloni yang sebelumnya sudah observasi.
Posisi ratu semut terletak pada center point koloni. Bukan berarti persis di tengah, namun terletak pada daerah strategis kelompok sarang. Hal ini dikarenakan semut mempunyai mobilitas tinggi. Untuk suplai makanan ke ratu maupun dalam rangka penyebaran telur baru ke sarang-sarang pembesaran.
Perubahan tata letak sarang global sering terjadi. Selain disebabkan bertambahnya populasi koloni semut, bisa juga karena sarang sudah uzur atau rusak. Kemungkinan lain adalah karena tekanan/intimidasi. Bisa karena cuaca, alam ataupun hal lain. Penemuan tempat baru yg lebih baik dari semut penjelajah juga memungkinkan hal ini terjadi. Semua hasil dari perubahan tata ruang ataupun tata letak koloni global harus disertai penempatan posisi ratu pada letak yang tetap mengacu pada center point koloni.
Perpindahan tersebut adalah hal wajar, karena tetap dengan maksud demi kebaikan koloni. Yang perlu kita perhatikan adalah penyebab karena intimidasi atau kerusakan sarang karena faktor luar, serta keamanan jalur perpindahan.
Dalam kandang budidaya, hal ini bisa disebabkan oleh perubahan cuaca yang memicu kenaikan suhu, paparan panas, tampias hujan, atau gangguan lingkungan seperti hewan dan atau kerusakan bagian tertentu kandang.
Aktifitas manusia seperti penggunaan obat-obatan, bau-bauan yang menyengat ataupun produk kimia juga menimbulkan tekanan pada koloni.
Pindah atau tidaknya ratu ada baiknya biar dilakukan koloni. Seminimal mungkin kita campur tangan langsung memegang ratu semut. Kita hanya perlu memberi bantuan pada penempatan awal saja, karena campur tangan dari luar koloni akan tetap diartikan sebagai intimidasi.
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah desain rak atau wadah sarang ratu. Usahakan tidak ada sisi tajam (biasanya pd lubang atau mulut toples) agar tidak terjadi luka ratu pada saat perpindahan. Posisi ruang menyempit dan menjebak juga berakibat buruk pada ra
tu semut.
Pembantaian Ratu
Pada bidang bersisi tajam atau menyempit, perpindahan ratu mengakibatkan luka atau terputusnya organ ratu. Bahkan bisa menyebabkan putus organ vital ratu seperti kepala atau pinggang yang berakhir kematian.
Kematian atau cacat ratu juga bisa diakibatkan oleh predator. Meskipun sebelum pindah ada semut pemandu yang sebelumnya melakukan observasi dan memilih jalan, namun perpindahan tetap harus melalui proses keluar sarang. Perpindahan melibatkan banyak semut berbondong-bondong dan memancing kehadiran predator atau pemangsa. Untuk budidaya dalam rak, hal ini cenderung lebih aman karena memang kandang tidak pada alam terbuka, meski akan lebih baik jika tetap kita awasi.
Cacat fisik ratu akan membuat ratu kurang produktif karena pergerakannya terganggu. Dan kita tahu, ratu yang tidak produktif seringkali akan dibantai oleh koloni karena hanya membebani koloni. Kejadian ini lebih cepat berlangsung pada koloni dengan ratu pararel atau lebih dari satu. Seperti pada koloni budidaya, karena semut mempunyai pilihan lain yang lebih baik.
Kasus ratu cacat atau kurang produktif paling sering terjadi pada budidaya dengan ratu pararel.
Terutama pada proses awal pencampuran ratu, karena pergerakan ke arah sarang tujuan pasti terjadi. Adanya dominasi satu ratu mayor berpengaruh dengan diterima atau tidaknya ratu baru. Untuk itu diperhatikan jumlah koloni yang dibawa ratu baru, dan proses kehati-hatian perkenalan ratu baru. (baca: mencampurkan ratu dengan koloni).
Tidak berhenti pada proses pengenalan awal saja, pada ratu pararel yang sudah tercampur dominasi tetap berlangsung. Ratu-ratu minor lebih tidak terurus. Makanan dan gizi tidak selalu tersebar dengan baik dan merata. Sampai terjadi salah satu ratu menjadi kurus dan tidak produktif, proses pembantaian terjadi.
Selain pada desain kandang beserta toples sarang, ada baiknya kepadatan diteliti. Jumlah ratu disesuaikan dengan populasi koloni, jalur akses ke sarang ratu dan jalur pakan, juga luasan teritori koloni, dalam hal ini adalah rak atau kandang budidaya.
KESIMPULAN
Ratu bukanlah pemimpin koloni, lebih tepat kita sebut ‘piaraan’ koloni. Keputusan hidup dan matinya ratu ada di tangan koloni semut rangrang. Kesejahteraan dan bahkan perpindahan ratu diatur dan dilakukan sepenuhnya oleh koloni.

Pengganggu dan Pemangsa Semut Rangrang

Hewan pengganggu dan pemangsa semut rangrang pada budidaya kroto berbeda-beda pada setiap lokasi atau lingkungan tempat budidaya berada. Habitat semut rangrang tersebar hampir ke semua daerah di Indonesia, namun predator atau pengganggu tidak serta merta sama. Selain topografis tempat tinggal habitat juga berbeda, kondisi budaya juga mempengaruhi pola perlakuan hewan ternak yg tidak sepenuhnya bisa sejalan bersanding dengan semut rangrang.
Karena bentuknya yang kecil, berarti pula ringkih, hampir semua hewan berpotensi menjadi pengganggu. Tidak harus predator, beberapa hewan tertarik tidak saja pada semut atau krotonya. Makanan dan tempat tinggal semut menarik perhatian hewan ternak di sekitar kita untuk datang dan mengganggu.
Unggas Ternak
Unggas seperti burung, ayam, itik, angsa termasuk merpati sangat gemar dengan kroto. Dan hampir semua makanan semut rangrang juga termasuk disukai unggas. Ulat hongkong, jangkrik, serta serangga lain makanan semut bisa dipastikan akan memancing unggas datang.
Satu hal lagi adalah kegemaran unggas terutama ayam, menaiki apapun yang lebih tinggi untuk bertengger istirahat. Dalam hal ini rak budidaya semut.
Memakan langsung ataupun tidak, semut bisa mati terinjak. Meskipun ayam hanya berniat bertengger, namun tetapada perlawanan dari koloni semut. Dan dari perlawanan ini akhirnya unggas berontak. Dari pergerakan unggas, tak hanya semut yang luka, namun kebanyakan toples atau media terlempar jatuh ke tanah dan akhirnya semut bubar. Kericuhan ini lebih parah jika salah satu toples jatuh tepat di sisi rak, berpotensi memancing semut membuat jembatan dan kabur seluruh isi rak.
Cicak danTokek
Hewan ini paling banyak kita jumpai karena memang populasinya berkembang di hunian, baik itu bangunan rumah ataupun kandang. Termasuk predator semut paling banyak dan perkembangannya cepat. Makanan asli cicak dan tokek adalah serangga,oleh karena itu mereka dibekali insting dan indera perburuan yang peka.
Cicak dan tokek bahkan mempunyai perhitungan tepat periode musim kawin serangga, sehingga mereka bisa kita temukan keluar serempak pada saat prosesi kawin terbang semut rangrang.
Tokek tidak perlu terlalu kita khawatirkan, karena tidak lincah melompat dari sisi luar ke dalam rak. Hanya saja, karena ukuran badannya juga besar, tingkat kerakusannya tinggi. Hampir mustahil dilawan koloni semut dalam ruang terbuka. Cicak mampu melompat dari tembok ke sisi rak dengan jarak sampai 10cm. Untuk itu penempatan hendaknya diberi jarak lebih antara rak dengan tembok. Meskipun, cicak makan tidak lebih dari 20 ekor semut dan pada akhirnya juga akan dibantai oleh koloni ketika cicak terlalu kenyang kurang leluasa bergerak. Untuk koloni kecil kemampuan semut kurang, dan mudah sekali diserang predator melata ini.
Katak Darat
Termasuk predator atau pemangsa semut yang agresif, namun terhambat pergerakan dan cenderung hanya menunggu semut yang turun ke bawah. Tidak terlalu tangkas, namun dengan porsi makan besar, dan populasinya banyak.
Ada beberapa jenis katak darat, dan semua adalah pemangsa semut dan serangga lainnya. Beberapa jenis katak darat mampu melompat ke dalam rak serta mempunyai lidah yang dapat menjulur panjang menangkap semut dari kejauhan.
Katak Pohon
Biasa disebut ‘bencok’, katak ini hidup di pepohonan atau tempat yang tinggi di bangunan. Berwarna hijau atau kecoklatan, merupakan pemangsa semut rangrang paling agresif dan sulit dilawan koloni. Kekuatan lompatan bahkan mampu menjangkau lebih dari 1 meter.
Beruntung habitat katak pohon terbanyak hanya di daerah pegunungan,meski tak jarang kita temui di perkotaan atau dataran rendah. Populasi katak pohon yang kita temui mengganggu rak amatlah jarang. Hanya saja, sulit kita cegah kedatangannya. Kecepatan dan kelihaiannya membuat katak pohon sulit ditangkap. Bahkan ketika kabur, tak jarang pijakan toples sampai terlempar keluar rak dan mengakibatkan semut berhamburan sampai keluar kandang.
Ulat Topi
Larva ‘tonggeret’ atau ‘garengpung’, sering dititipkan ke dalam sarang semut rangrang. Bersifat parasit, hewan ini memakan larva kecil semut. Meski tak banyak, namun tetap saja mengganggu produktifitas.
Pernah kita ulas sebelumnya, penanganannya harus manual, kita ambil langsung. Ulat topi berbentuk lonjong pipih dan mempunyai tudung punggung rapat ke bidang dan lentur sehingga sulit dimangsa semut.
Kebanyakan kita temui di dalam sarang semut pada habitat pohon di daerah dingin. Meski jarang kita temui di dalam toples, namun sangat disarankan sering memantau keadaan sekitar kandang, terutama ketika awal musim penghujan tiba.
Khususnya di dalam rak, hewan ini dapat kita bunuh dengan mencoblos dari luar toples memakai jarum yang terlebih dahulu kita bakar agar mudah menembus toples.
Anonimous
Hewan yang satu ini mempunyai bentuk morfologi ulat, dengan kamuflase nyaris menyerupai kepala, badan, serta kaki semut di kedua ujung badannya. Secara kasat mata menyerupai dua ekor semut rangrang yang saling membelakangi. Sungut dan titik mata pun mirip sekali dengan semut rangrang.
Tidak tahu persis namanya, hewan ini pernah saya temui di sekitar sarang pada habitat pohon. Menilik kamuflase hewan ini, kami menduga bersifat parasit namun lebih ke menipu semut rangrang untuk mendapatkan suapan makanan.
Serangga Besar
Seperti belalang, ampal, kwangwung dan seranga besar lain, semut rangrang akan memangsa dan berusaha membunuh dengan kekuatan koloni.
Namun perlawanan serangga besar juga sedikit banyak merusak sarang, tata letak toples atau bahkan menyebabkan semut terluka hingga mati dalam jumlah tertentu.
Serangga besar memang jarang dengan sengaja hinggap ke daerah kekuasaan koloni. Akan tetapi, naluri memangsa dari semut rangrang terhadap kehadiran serangga membuat mereka terjebak dan membuat perlawanan kepada koloni.
Paling sering adalah ketika musim serangga tiba. Ledakan populasi tetasan secara serempak, seringkali kita dapati semut rangrang kewalahan mengatasi kericuhan ini.
Meskipun serangga besar termasuk pengganggu, namun protein dari serangga juga merupakan makanan yang bagus untuk semut rangrang.

Manusia sbg Pemangsa Semut Utama

Yang satu ini mempunyai nafsu dan tingkat perusak tertinggi tergantung kebijaksanaan. Meski kadang tidak untuk dimakan langsung, namun tak dapat kita pungkiri bahwa manusia adalah momok kehidupan koloni paling mengerikan. Termasuk saya :D.  Tidak dapat saya ulas…hehe, sekian maturnuwun.

 
Support : Creating Website | Kroto Madiun Template | Bang KM
Copyright © 2018. Kroto Madiun | Komunitas Peternak Semut Kroto Madiun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Bang KM
Proudly powered by Blogger