Headlines News :
Home » » Feromon pada Semut Budidaya

Feromon pada Semut Budidaya

Secara garis besar, feromon merupakan aroma yang dihasilkan oleh hewan sebagai penjejak atau pengenal kepada binatang sejenis sebagai kode atau signal dalam berkomunikasi.
Dalam koloni semut rangrang, kita lebih mudah mengenali zat ini dari aroma khas yang dihasilkan semut. Terutama ketika kita melakukan gangguan terhadap koloni semut rangrang, karena pada saat keadaan terdesak prajurit lebih banyak mengeluarkan feromon sebagai signal bahaya kepada anggota koloni lain. Dalam jarak beberapa senti meter aroma khas zat ini akan tercium sangat menyengat di hidung manusia.
Zat ini dikenali oleh semut menggunakan antena kecil yang berfungsi menerjemahkan berbagai macam signal dari semut lain.


Mengenal Feromon Dalam Hubungannya dengan Budidaya Semut Rangrang
Sebagai Penjejak dan Pengenal Koloni
Ketika pekerja melakukan observasi lingkungan dalam rangka perburuan makanan atau pencarian wilayah baru, seekor semut bisa menyusur jauh dari sarang koloni. Puluhan bahkan ratusan meter. Dilihat dari ukuran semut, ini adalah sebuah pekerjaan yang sangat berat. Sulit untuk kembali menemukan jalan pulang serta susah diikuti pekerja atau prajurit lain untuk membantu jika menemukan buruan. Namun semut rangrang bisa dengan mudah melakukannya.
Bila ditilik bahwa semut tidak memiliki penglihatan makro, hal ini sangat tidak mungkin. Misalkan saja semut mampu secara visual memantau keadaan dalam jarak jangkauan, pastinya juga sudah banyak terhalang benda atau apapun karena ukuran semut sangatlah kecil bila dibandingkan dengan lingkungan.
Semut meninggalkan aroma dalam ukuran sangat kecil di perjalanannya, sebagai jejak pulang serta penuntun jalan untuk semut lain yang mengikuti. Sebagai penuntun sangatlah penting karena dalam pencarian buruan dilakukan sendiri atau dalam kelompok kecil, namun ketika eksekusi buruan mutlak dilakukan bergerombol untuk memudahkan menakhlukkan buruan. Meskipun makanan berupa barang mati, tetap saja dalam upaya pemindahan memerlukan bantuan pekerja lain, karena rata-rata ukuran berat buruan melebihi kekuatan seekor semut.
Ketika menemukan mangsa hidup atau musuh, dalam upaya perlawanannya semut akan mengeluarkan feromon dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini sebagai penarik gerombolan semut lain agar segera membantu. Itulah mengapa ketika kita ganggu, jika ada seekor semut yang telah menggigit kita maka dengan segera akan diikuti gigitan dari semut-semut yang lain.
Penyikapan kita terhadap perilaku ini dalam kandang budidaya adalah semaksimal mungkin kita usahakan tidak melakukan gangguan atau intimidasi terhadap semut. Karena signal yang dikirimkan oleh seekor semut dalam keadaan terdesak ini mempengaruhi aktifitas seluruh koloni dalam radius jangkauan aroma kimiawi feromonnya. Meskipun tidak fatal, aktifitas koloni sementara terfokus pada signal yang dikirimkan.
Masih seputar jejak, dalam budidaya semut rangrang penghasil kroto hendaknya jalur diperhatikan. Semakin mudah dijangkau, maka jejak semakin sering terlewati. Pemilihan material rak juga sebisa mungkin alami, seperti kayu atau bambu. Material lain akan mengkontaminasi aroma kimiawi yang dihasilkan semut, yang sedikit banyak mengganggu komunikasi antar semut.
Penting untuk diingat pada penempatan bibit semut rangrang ke rak baru yang notabene belum ada pemandu jejak. Baik itu untuk lalu lintas antar sarang/toples maupun ke arah tempat makanan dan minuman. Pada rak baru penempatan bibit hendaknya setelah peletakan makanan dan minuman. Letakkan sedikit semut ke dalam rak, tunggu sampai semut-semut tersebut menemukan dan membuat jalur ke arah makanan dan minuman baru diikuti peletakan seluruh bibit yang ada.
Aroma kimiawi feromon juga merupakan pengenal antar semut. Dalam prakteknya, wilayah teritori koloni adalah area yang secara aktif mempunyai tanda jejak dari penjelajah. Tak jarang anggota koloni menjelajah sampai ke area koloni lain, dan biasanya akan tetap kembali ke sarangnya sendiri meskipun aroma berbaur dengan koloni lain. Pembatasan ini tidak hanya untuk pengenalan lokasi, namun juga penanda bahwa wilayah tersebut telah dilewati sehingga semut penjelajah cenderung melanjutkan untuk eksplorasi wilayah baru yang belum terjamah.
Pada rak dengan koloni masal atau lebih dari satu, jarak aman tetap diperlukan meskipun efek dari pembauran aroma tidaklah fatal. Jika jarak antar rak terlalu dekat, semut cenderung berusaha berkomunikasi dengan koloni terdekat untuk kemudian saling berbaur. Pada tingkat lanjut koloni akan mencari jalan penghubung antar rak, kebanyakan dengan saling mengait membentuk jembatan hidup dari untaian semut yang saling berpegangan. Bergabung menjadi satu koloni besar dan merubah sedikit tata letak dan fungi sarang. Tidak terlalu mengganggu budidaya, hanya saja karena nantinya akan ada ratu pararel maka bisa dipastikan salah satu ratu akan menjadi dominan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Kroto Madiun Template | Bang KM
Copyright © 2018. Kroto Madiun | Komunitas Peternak Semut Kroto Madiun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Bang KM
Proudly powered by Blogger