Headlines News :
Home » » Semi Alam : Persiapan

Semi Alam : Persiapan

Metode semi alam dalam beternak semut kroto menggunakan pepohonan sebagai habitat asli. Namun begitu metode ini masih jarang dipakai dikarenakan selain banyak keuntungan yang didapatkan juga memerlukan bermacam modal serta mempunyai beberapa kelemahan.


Adapun syarat utama dari menggunakan metode semi alam adalah ketersediaan lahan yang cukup. Syarat pokok lain adalah adanya tanaman sebagai sarang pokok seperti habitat asli. Pengaman dalam hal ini parit pembatas juga wajib ada.
Hal ini sangat sulit dilakukan di perkotaan karena keterbatasan lahan dan perbandingan penggunaan lahan antara bisnis ternak kroto dengan usaha lain yang tentunya memungkinkan lebih banyak hasil.
Mari sedikit kita ulas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cara budidaya semut kroto menggunakan metode semi alam.
Ketersediaan lahan yang cukup
Kepadatan populasi semut bergantung pada kondisi daun pohon inang sarang dan luasnya lahan. Dalam hal ini kondisi tanah harus subur dan bebas dari materi limbah yang akan berakibat buruk pada pohon dan tentu saja semut. Luas lahan masih akan tersita oleh spasi jarak pohon ke pagar tepi serta parit pembatas.
Pemilihan ragam jenis pohon
Harus disesuaikan dengan habitat pohon tumbuh, misalnya ketinggian tempat dan kondisi tanah berada. Hal ini masih harus disesuaikan lagi dengan syarat pohon yang sesuai untuk sarang kroto. Diantaranya tidak bergelugut, diutamakan bukan pohon getah, dan juga ukuran daun tidak terlalu kecil.
Kriteria wajib jenis pohon adalah pohon buah atau yang sudah pernah berbuah, misal hasil dari cangkok atau stek. Pohon yang belum pernah berbuah tidak memiliki zat yang menarik aphid sehingga pakan alami semut kroto kurang terpenuhi.
Dalam hal ini harfiah pohon buah bukan saja buah yang dimakan manusia, namun setiap pohon buah bisa digunakan, hanya saja hasil sampingan buah kita sesuaikan saja dengan keinginan peternak. Misalnya pohon ketapang, preh, mengkudu, mahoni dll juga termasuk dalam kriteria ini.
Diutamakan pohon keras, sehingga daya hidup awet tidak terlalu sering pembaharuan pohon. Meskipun beberapa perdu dan rumput berdaun besar juga bisa saja digunakan, namun ketinggian dan umur pohon kurang maksimal.
Pilihlah pohon dengan keawetan layu daun yang tinggi agar sarang semut tidak terlalu sering berpindah, minimal satu kali periode telur yakni 26 hari. Pohon buah yang bergetah masih bisa digunakan hanya saja pada proses pemanenan agak sedikit mengganggu.
Untuk pohon aromatik, baiknya kita coba dalam skala kecil terlebih dahulu. Kita ketahui bahwa semut sangat sensitif terhadap bau apalagi yang bersifat racun, meskipun bau-bauan yang tidak nyaman buat manusia bukan berarti tidak nyaman untuk semut.
Untuk pohon yang mengandung racun seperti pohon tuba, keluarga srirejeki dan lain-lain mungkin saja tidak berbahaya bagi semut. Tetapi menimbulkan potensi bahaya bagi peternak serta konsumen kroto karena pada proses pemanenan dipastikan ada getah atau cairan dari sumber racun pohon yang tercampur.
Untuk pemilihan pohon merambat sangat tidak disarankan. Selebar apapun parit pengaman, pohon merambat akan dengan mudah menjangkau. Kecuali jika memang pohon produkif yang sengaja dibudidayakan dan selalu kita pantau pertumbuhannya.
Parit pembatas antara lahan pohon sarang dengan lahan luar
Dalam sistem rak kita hanya memerlukan pengaman atau pembatas rak 7 cm saja. Jauh berbeda, hitungan lebar parit pembatas lahan diukur dari panjang daun pohon yang terlebar yang ada di dalam lahan. Hal ini untuk mengantisipasi bocornya isolasi lahan karena guguran daun, buah, bunga ataupun sampah kayu.
Kedalaman minimal parit hendaknya disesuaikan dengan perencanaan ikan yang akan kita tabur. Fungsi ikan dalam parit selain membersihkan residu dan jentik nyamuk juga agar sirkulasi air tetap bergerak.
Pengalaman yang terjadi jika air terlalu tenang maka tumpukan sampah lembut ringan bisa dijadikan sarana jembatan. Karena selain enteng, naluri semut untuk ekspansi daerah perburuan juga tinggi.
Dengan adanya ikan, maka usaha melarikan diri semut akan menarik perhatian ikan. Entah dimakan atau tidak, ketika ikan bergolak di area kabur semut maka proses pembentukan jembatan oleh semut akan gagal.
Bentuk parit melingkar mengelilingi lahan. Dengan sudut bibir dinding dalam parit melengkung tanpa sudut, karena akan berpotensi terjadi konsentrasi semut pada sudut karena ada kecenderungan semut membuat jalur di tepian lahan. Untuk mengurangi potensi ini ketinggian bibir dalam parit dibuat rata dengan dataran lahan. Sementara ketinggian dinding parit luar dibuat lebih tinggi untuk keamanan ikan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Kroto Madiun Template | Bang KM
Copyright © 2018. Kroto Madiun | Komunitas Peternak Semut Kroto Madiun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Bang KM
Proudly powered by Blogger