Headlines News :
Home » » Aphid – Mutualisme Semut

Aphid – Mutualisme Semut

Beberapa kali kita ulas bagaimana aphid menjadi sangat vital dalam kehidupan semut rangrang. Bukan berarti mereka tidak bisa hidup tanpa serangga kecil ini. Tapi, mutualisme yg terjadi tentu bukan tanpa sebab, karena memang jika mereka hidup dalam satu habitat perkembangan diantara keduanya menjadi sangat signifikan


Dalam ejaan secara umum kita sebut sebagai kutu daun, adalah serangga kecil berukuran milimeter. Hidup berkelompok di pucuk ranting/daun dengan menyerap cairan pohon. Seringkali juga kita jumpai pada kulit buah tebal seperti pisang, pepaya, sirsak dst.
Dari berbagai sumber pustaka, ada ribuan jenis yang hidup di berbagai belahan dunia. Namun disini saya hanya akan membahas beberapa jenis yang dapat saya temukan di KrotoJogja dan beberapa tempat yang pernah saya kunjungi.
Warna
Hitam, hijau, putih, coklat, kemerahan, dan bahkan ada yang bening atau tembus pandang. Rata-rata bersayap, meski ada juga yang tidak mempunyai sayap. Bentuk fisiknya juga beragam. Dilihat dari warna tubuh, aphid sangat beragam, tapi secara umum warna tubuh aphid menyerupai warna dimana dia tinggal sebagai kamuflase. Meskipun ada beberapa yang tetap terlihat menonjol dengan warna mencolok. Kalau kita zoom dengan kaca pembesar atau kamera, barulah dengan jelas dapat terlihat.
Bentuk Fisik
Ada yang secara fisik menyerupai belalang daun, berwarna hijau, hijau bening kekuningan, dan bening bintik hitam. Paling banyak kita temukan pada pohon dengan pertumbuhan pupus daun cepat, misal jeruk. Bentuk lain menyerupai kepik (ladybug), menempel kuat pada pohon. Seringkali kita menemukan bentuk ini berkamuflase sempurna dengan sedikit membenamkan bagian tubuh ke kulit ranting muda. Bisa kita amati pada tumbuhan kayu seperti akasia, mahoni, dan tumbuhan getah seperti beringin. Yang ketiga adalah kutu daun berbentuk fisik seperti kupu-kupu. Paling banyak berwarna putih dan sering terbungkus dengan bahan mirip benang lembut/tepung. Aphid ini sering kita jumpai pada bagian bawah daun. Koloni kelompok ini jauh lebih banyak dari jenis lain. Tidak hanya pohon besar, kutu daun ini bisa hidup di perdu atau tanaman pertanian terutama lombok dan tomat.
Banyak jenis, warna dan bentuk lain aphid yang aneh, seperti serangga lain pada umumnya.
Mutualisme Aphid dengan Semut
Kutu daun menghasilkan cairan manis yang sangat disukai semut. Madu daun ini mengandung banyak glukosa dan zat lain sebagai pemenuhan nutrisi semut. Tidak hanya semut rangrang penghasil kroto, semut jenis lain seperti semut merah/semut api, cantang, semut hitam, semut kayu dan lain-lain juga menyukai. Hanya saja di Asia Tenggara semut rangrang lebih dominan karena memang pohon hidup adalah juga habitat pokok semut kroto.
Semut menjaga dan melindungi aphid dari serangan predator sebagai balasannya. Kepik, tawon, kumbang, mantis, lalat bunga, lacewings, dst adalah contoh beberapa predator dan parasit aphid.
Kadangkala juga terjadi semut membantu pemindahan pernyebaran aphid, meski penyebaran pokok belum saya temukan selain dari kemampuan aphid sendiri dan bantuan alam. Meskipun, ketika semut kekurangan protein semut juga memakan kutu daun.
Kenapa menjadi sangat penting untuk budidaya semut rangrang penghasil kroto? Yang ingin saya tekankan adalah sampai saat ini belum ada alternatif yg lebih baik dan lebih murah dari ‘madu daun’ yang dihasilkan aphid.
Untuk kebutuhan semut, belum ada penelitian khusus bahan pengganti cairan manis hasil kutu daun. Madu tawon, gula tebu, sari buah, maupun bahan lain tidak lebih baik dari cairan aphid baik dari segi kualitas, harga, maupun kemudahan pengadaan dan operasionalnya.
Penerapan
Cairan manis dihasilkan aphid melalui ekskresinya. Ini pula yang agak menyulitkan kita. Pemindahan dahan/buah beraphid ke rak tidak akan bertahan cukup lama sampai dahan tersebut kering. Karena yg kita butuhkan disini kutu hidup. Pemindahan dahan efektif hanya memenuhi kebutuhan madu daun sementara serta protein dari tubuh kutu itu sendiri. Setelah dahan/buah kering, kutu tidak dapat menyerap apapun dan akhirnya mati dimakan semut.
Penerapan hanya dilakukan dengan memindahkan pohon ke dalam rak. Seperti dalam artikel ‘Menggemukkan Ratu’, hanya pohon kecil di dalam pot/polybag yg mampu ditahan oleh rak.
Yang kedua adalah dengan ‘Metode Semi Alam’, dan karena hampir identik dengan habitat aslinya, cara ini paling efektif. Hanya saja beberapa kelemahan seperti pengadaan lahan tidak bisa kita abaikan. Dua metode terakhir kami gunakan di kandang kami di KrotoJogja.
Ketiga adalah dengan perpaduan dua sistem diatas. Kita membutuhkan kolam isolasi semi alam skala kecil disesuaikan dengan jumlah media budidaya dengan sistem rak. Letaknya berdampingan cukup dekat dengan media rak. Penghubung diantara keduanya menggunakan jembatan, bisa dari bambu, kayu, atau bahan lain yg cukup kuat dan tidak licin. Yang penting dari jembatan penghubung ini adalah kuncian agar tidak mudah bergerak. Meskipun kecil, dalam perjalanannya menjelajah teritori semut berpotensi menarik ujung jembatan ke arah yang diinginkan. Hal ini memungkinkan perubahan posisi jembatan penghubung.
Harus pula diperhatikan konstruksi atap kandang dan akses penghubung diantara keduanya tetap harus dalam jarak aman dari kemungkinan semut kabur. Sistem rak membutuhkan tempat teduh dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung, sementara pepohonan di kolam isolasi semi alam membutuhkan cahaya matahari utuh. Solusinya adalah bisa dengan melubangi dinding pelindung media rak secukupnya, dengan tetap memperhatikan jangkauan semut ke area diluar isolasi.
Kolam isolasi dapat digunakan pararel untuk banyak rak, karena kebutuhan semut di dalam media rak yang paling pokok adalah pada saat penggemukan ratu dan musim calon ratu saja. Jadi bisa digilir bergantian dengan cara memutus sambung jembatan penghubung. Ini mutlak dilakukan juga utk mengontrol keadaan pepohonan dalam kolam isolasi, karena jika terlalu banyak semut yg bergantung kehidupan pepohonan juga terancam.
Share this article :

1 komentar:

 
Support : Creating Website | Kroto Madiun Template | Bang KM
Copyright © 2018. Kroto Madiun | Komunitas Peternak Semut Kroto Madiun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Bang KM
Proudly powered by Blogger